http://indiraatmayana.blogspot.com/2012/05/informasi-pendakian-gunung-merbabu.html
Kopeng Thekelan
Dari Bandung bisa naik kereta api atau bus ke
Semarang, Yogya, atau Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun
di kota Salatiga, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari Yogya naik bus
ke Magelang, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari kopeng terdapat
banyak jalur menuju ke Puncak, namun lebih baik melewati desa tekelan karena
terdapat Pos yang dapat memberikan informasi maupun berbagai bantuan yang
diperlukan. Pos Tekelan dapat ditempuh melalui bumi perkemahan Umbul SongoDi bumi perkemahan Umbul Songo Anda dapat
beristirahat menunggu malam tiba, karena pendakian akan lebih baik dilakukan
malam hari tiba dipuncak menjelang matahari terbit. Andapun dapat beristirahat
di Pos Thekelan yang menyediakan tempat untuk tidur, terutama bila tidak
membawa tenda.
Dapat juga berkemah di Pos Pending karena di tiga tempat ini
kita bisa memperoleh air bersih.Masyarakat di sekitar Merbabu mayoritas
beragama Budha sehingga akan kita temui beberapa Vihara di sekitar Kopeng.
Penduduk sering melakukan meditasi atau bertapa dan banyak tempat-tempat menuju
puncak yang dikeramatkan. Pantangan bagi pendaki untuk tidak buang air di Watu
Gubug dan sekitar Kawah. Juga pendaki tidak diperkenankan mengenakan pakaian
warna merah dan hijau.
Pada tahun baru jawa 1 suro penduduk
melakukan upacara tradisional di kawah Gn. Merbabu. Pada bulan Sapar penduduk
Selo (lereng Selatan Merbabu) mengadakan upacara tradisional. Anak-anak wanita
di desa tekelan dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri dan agar
memperoleh keselamatan. Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada di tengah
perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk dan hutan pinus.
Dari sini kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah gunung
Telomoyo dan Rawa Pening.
Di Pos Pending kita dapat menemukan mata air,
juga kita akan menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I kita
akan melewati Pereng Putih kita harus berhati-hati karena sangat terjal.
Kemudian kita melewati sungai kering, dari sini pemandangan sangat indah ke
bawah melihat kota Salatiga terutama di malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran
menuju Pos II, menuju Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak
curam. Kita mendaki gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa,
apalagi berada di tempat terbuka. Kita dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah
batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Konon merupakan pintu gerbang
menuju kerajaan makhluk ghaib.
Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan
perjalanan karena sangat berbahaya. Mendekati pos empat kita mendaki Gn. Watu
tulis jalur agak curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin,
angin kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada
angin kencang. Pos IV yang berada di puncak Gn. Watu Tulis dengan ketinggian
mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya terdapat
sebuah Pemancar Radio.
Menuju Pos V jalur menurun, pos ini
dikelilingi bukit dan tebing yang indah. Kita dapat turun menuju kawah
Condrodimuko. Dan di sini terdapat mata air, bedakan antara air minum dan air
belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati
tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan
ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke
kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak
Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat
memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak
dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat
jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan
puncaknya yang memanjang.
Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya
sangat berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi
kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap
mendorong kita setiap saat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang /
berlubang dengan jumlah 9 menurut penglihatan paranormal.
Menuruni gunung Merbabu lewat jalur menuju
Selo menjadi pilihan yang menarik. Kita akan melewati padang rumput dan hutan
edelweis, juga bukit-bukit berbunga yang sangat indah dan menyenangkan seperti
di film India yang sangat menghibur kita sehingga lupa akan segala kelelahan,
kedinginan dan rasa lapar. Disepanjang jalan kita dapat menyaksikan Gn.Merapi
yang kelihatan sangat dekat dengan puncak yang selalu mengeluarkan Asap.
Kita akan menuruni dan mendaki beberapa
gunung kecil yang dilapisi rumput hijau tanpa pepohonan untuk berlindung dari
hempasan angin. Disepanjang jalur tidak terdapat mata air dan pos
peristirahatan. Kabut dan badai sering muncul dengan tiba-tiba, sehingga sangat
berbahaya untuk mendirikan tenda.
Jalur menuju Selo ini sangat banyak dan tidak
ada rambu penunjuk jalan, sehingga sangat membingungkan pendaki. Banyak jalur
yang sering dilalui penduduk untuk mencari rumput dipuncak gunung, sehingga
pendaki akan sampai diperkampungan penduduk. Sambutan yang sangat ramah dan
meriah diberikan oleh penduduk Selo bagi setiap pendaki yang baru saja turun
Gn.Merbabu. Apabila Anda tidak bisa berbahasa jawa ucapkan saja terima kasih.
Dari Selo dapat dilanjutkan dengan bus kecil
jurusan Boyolali-Magelang, bila ingin ke yogya ambil jurusan Magelang, dan bila
hendak ke Semarang atau Solo ambil jurusan Boyolali.
Jalur Wekas
Gerbang Desa
Sumber : httppics.rizahnst.orgvmerbabu-juli-200900043.jpg.html
Untuk menuju ke Desa Wekas kita harus naik mobil
Jurusan Kopeng - Magelang turun di Kaponan, yakni sekitar 9 Km dari Kopeng,
tepatnya di depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan pendaki berjalan kaki
melewati jalanan berbatu sejauh sekitar 3 Km menuju pos Pendakian.
Pos Penakian
Oleh : Sugiyanto Utomo
Jalur ini sangat populer dikalangan para
Remaja dan Pecinta Alam kota Magelang, karena lebih dekat dan banyak terdapat
sumber air, sehingga banyak remaja yang suka berkemah di Pos II terutama di
hari libur. Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu
kira-kira 6-7 jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat
lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan bebatuan yang
mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang penduduk khas dataran
tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan Tembakau, juga dapat ditemui
ternak kelinci yang kotorannya digunakan sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup
menanjak dengan waktu tempuh 2 jam.
Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah
balai sebagai tempat peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat
warung dan rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang
penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2 jam,
dengan jalur yang terus menanjak curam.
Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka
dan datar, yang biasa didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu,
Minggu dan hari libur Pos II ini banyak digunakan oleh para remaja untuk
berkemah. Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang berdagang
makanan. Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa
besar yang ditampung pada sebuah bak.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju
ke sebuah sungai yang dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga
desa-desa di sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian
jurang yang mengarah ke aliran sungai di bawah kawah. Terdapat dua buah aliran
sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat,
sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar belakang
kumpulan puncak - puncak Gn. Merbabu.
Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga
bertemu dengan persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu
Tulis), jalur Kopeng. Dari persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan
waktu tempuh 15 menit. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang
sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan
Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju
Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (
Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Jalur
Kopeng Cunthel
Untuk menuju ke desa Cuntel dapat ditempuh dari
kota Salatiga menggunakan mini bus jurusan Salatiga Magelang turun di areal
wisata Kopeng, tepatnya di Bumi perkemahan Umbul Songo. Perjalanan dimulai
dengan berjalan kaki menyusuri Jalan setapak berbatu yang agak lebar sejauh
2,5 km, di sebelah kiri adalah Bumi Perkemahan Umbul Songo. Setelah
melewati Umbul Songo berbelok ke arah kiri, di sebelah kiri adalah hutan pinus
setelah berjalan kira-kira 500 meter di sebelah kiri ada jalan setapak ke arah
hutan pinus, jalur ini menuju ke desa Thekelan.
Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus
mengikuti jalan berbatu hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di
sekitar desa maupun di jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di
tengah perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air.
Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa stiker maupun
kaos.
Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan
dilanjutkan dengan melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai menanjak
mendaki perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapak berupa
tanah kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata
dan pernapasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker pelindung dan
kacamata.
Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan
menyusuri bukit yang berliku-liku pendaki akan sampai di pos Bayangan I. Di
tempat ini pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari maupun air hujan.
Dengan melintasi jalur yang masih serupa yakni menyusuri jalan berdebu yang
diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar 30 menit akan sampai di Pos
Bayangan II. Di pos ini juga terdapat banguanan beratap untuk beristirahat.
Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai
terbuka, di kiri kanan jalur banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu
beberapa pohon pinus masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan.
Pos Pemancar atau sering juga di sebut gunung
Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya terdapat stasiun
pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga dapat
digunakan untuk berlindung dari angin kencang. Namun angin kencang kadang
datang dari bawah membawa debu-debu yang beterbangan. Pendakian di siang hari
akan terasa sangat panas. Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat
indah, tampak di kejauhan Gn.Sumbing dan Gn.Sundoro, tampak Gn.Ungaran di
belakang Gn. Telomoyo.
Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos
Helipad, suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar
biasa. Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih
seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah
yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata
air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan
yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini
dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri
menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng
Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat
memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak
dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat
jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan
puncaknya yang memanjang.
Sumber :
Data : http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merbabu
Gambar : http://indiraatmayana.blogspot.com/2012/05/informasi-pendakian-gunung-merbabu.html
Foto : Gerbang Desa, httppics.rizahnst.orgvmerbabu-juli-200900043.jpg.html
Pos Pendakian, Saya sendiri :).. hehe
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar