Rabu, 31 Oktober 2012

Ini Kisah Kami.

Perjalanan menuju dataran tertinggi di Pulau Jawa

Gunung Semeru, Puncak Mahameru

26-28 Mei 2012

 

          Pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur (26-28 Mei 2012). Pendakian ini kami rencakan kurang lebih 2 minggu sebelum pendakian. Pendakian ini kami lakukan setelah kami melakukan penelitian mengenai kearifan lokal Suku Tengger di Pegunungan Bromo. Penelitian ini di adakan oleh Jurusan Geografi UPI angkatan 2010, ya itu adalah almamater kami.
        Pendakian kali ini kami berjumlah 5 orang, 5 orang anak muda dan juga mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi UPI, yaitu Sugiyanto Utomo (Saya sendiri), Doni Arie Wibowo, Amran Indra Kusuma, Mahardika Agung, dan Ova Rahmadani. Dalam pendakian ini Saya sendiri yang menjadi ketua pendakian.
     Tim pendaki kami hampir seluruhnya merupakan anggota pecinta alam, Saya merupakan anggota Pecinta Alam dan Pendaki Gunung TAPASAMIDA (SMA PGII Bandung), lalu, Mahardika, Doni, dan Amran adalah anggota JANTERA (Pecinta Alam Jurusan Pendidikan Geografi UPI). Hanya Ova saja yang bukan merupakan anggota pecinta alam.
           

Awal Perjalanan

(Sumber Gambar Denah Google)
            Perjalanan kami menuju Gunung semeru ini mengambil jalan dari arah Malang, kami dari malang kami menggunakan elf menuju terminal Arjasari, dari terminal arjasari kami menggunakan Angkutan Kota (Angkot) ke arah Tumpang dengan Biaya Rp. 10.000 / orang. Angkotnya agak mahal karena kami mencarternya, bila harga normal hanya sekitar Rp 5.000/Orang. Dari Tumpang kita dapat melanjutkan. 
      Perjalanan menuju Desa Ranupani yang merupakan Pos Pendakian dengan menggunakan Mobil Jeep dengan biaya Rp. 35.000 atau pun dengan menumpang Truk dengan biaya Rp. 30.000. Karena kondisi badan lelah dan perjalanan yang jauh menuju Desa Ranupani membutuhkan waktu sekitar 2 jam, kami memutuskan untuk menggunakan Truk karena dengan menumpang truk kita bisa tidur di atas barang atau muatan truk. Lain halnya dengan menggunakan Jeep selama 2 jam kita terpaksa berdiri karena badan jeep yang kecil di tambah barang bawaan kita.
             Sesampainya di Desa Ranupani kami melakukan registrasi, persyaraan yang harus di bawa yaitu, Surat Sehat, dan juga Tanda pengenal. untuk biaya tidak terlalu mahal, akan tetapi ada biaya tambahan bila kita membawa kamera, 1 kamera di kenai cas sebesar Rp. 5.000. Desa ini di namai Ranupani karena di desa ini terdapat sebuah danau, Ranu sendiri berarti Danau. Desa Ranupani ini sendiri secara geografis berada di ketinggian sekitar 2200 mdpl.

           Dari desa Ranupani menuju danau Ranu Kumbolo kami tempuh dengan waktu 5 jam perjalanan. Selama 5 jam perjalanan,kita akan mendapatkan medan yang relatif datar, karena perjalanan dari Ranupani menuju Ranu Kumbolo kita hanya mengikuti punggungan bukit. Perjalanan menuju Ranu Kumbolo kita Akan mendapatkan 4 Pos. Menuju pos Pos 1 jalan berupa Papimblok dengan lebar sekitar 1 m. Letak pos 1 terletak setelah tanjakan. lalu meuju pos 2 jalan sudah bercampur antara papimblok dan juga jalan tanah, dari pos 1 menuju pos 2 kita tempuh sekitar 15 menit karena jalan yang datar dan juga relatif dekat. Dari Pos 2 menuju Pos 3 jalur pendakian mulai berfariatif, kita akan mendapatkan banyak pemandangan, mulai dari lembahan yang indah, tebing batu, dan juga jika anda beruntung anda dapat menemui beberapa hewan khas hutan hujan tropis, antara lain yang kami temukan ialah sejenis Monyet dan juga Tupai, selain itu banyak juga burung-burung. 
       Setelah melalui Pos 3 kita di hadapkan dengan tanjakan yang cukup menguras tenaga, tapi jangan patah semangat karena setalah melalui tanjakan tersebut dan jalan beberapa saat kita akan di sandingkan dengan indahnya Danau Ranu Kumbolo.  
 

 
        Dari sini rasa lelah kita akan sirna, karena perjalanan meuju pos 4 hingga camp, kita akan terus di temani indahnya Danau Ranu Kumbolo. dari foto di atas kita dapat melihat basecamp Ranu Kumbolo yang terletak di ujung dari foto danau di atas.












         Pemandangan dari Pos 4 dan Perjalanan hingga Basecamp.





      Basecamp pertama kami yaitu di tepi danau Ranu Kumbolo, kami menempuh perjalanan dengan waktu 5 jam perjalanan. Danau Ranu Kumbolo secara geografis terletak pada ketinggian sekitar 2400 mdpl, sehingga selama perjalanan 5 jam yang kita tempuh kita hanya naik sekitar 200 meter.

            Pemandangan pada pagi hari sekitar pukul 7 pagi.

Kenang-kenangan dari Ranu Kumbolo

          Dari Ranu Kumbolo perjalanan di lanjutkan menuju camp Kalimati, perjalanan menuju kalimati menghabiskan waktu 3 jam perjalanan. Menuju kalimati kita akan melewati Tanjakan Cinta yang terlihat tidak terlalu tajam namun cukup menguras tenaga, lalu setelah tuntas menanjaki tanjakan  cinta kita akan di suguhi dengan indahnya padang Oro-oro Ombo




          kalimati secara geografis berada di ketinggian sekitar 2600 mdpl, dengan demikian perjalan kami untuk sampai Puncak Mahameru masih  harus menempuh 1000 m atau 1 km secara Vertikal. Di Kalimati kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan menyimpan semua barang di Kalimati, pertimbangannya ialah karena di kalimati merupakan tempat terakhir untuk mendapatkan air. Untuk mendapatkan air kita harus berjalan kurang lebih sekitar 1 km ke arah selatan. dan jalur jalur pendakian ke arah Barat laut.
               Pada dasarnya pendakian menuju puncak mahameru tidaklah di ijinkan, tapi apalah artinya bila kita tidak menuntaskan pendakian hingga akhir. Hanya saja perlu di ingat untuk kita berjalan ke puncak, kita harus berangkat pukul 1 malam paling lambat kalu kita ingin menikmati sumrise di Puncak Mahameru. Dan juga kita tidak boleh berada di Puncak Mahameru lebih dari jam 10, alangkah baiknya kita turun dari puncak pada puku 9 pagi. Karena pada pukul 10 angin telah mengarah ke arah puncak Mahameru yang dimana angin tersebut membawa zat beracun yang tidak berbau, sehingga sangat berbahaya.
          Perjalanan kami menuju puncak Mahameru kurang lebih sekitar 7 jam, ini karena selain  pendakian pertama kami ke  di Gunung Semeru, kondisi jalannya pun merupakan pasir. Dimana setiap naik 5 langkah hanya akan menjadi 2-3 langkah saja.

Kondisi jalan

Sunraise

          Bila kita datang lebih pagi yaitu sekitarpukul 3 atau 4 kita dapat melihat percikan lava dari kawah gunung Mahameru, tapi bila senasib dengan kami kalian masih akan melihat dan merasakan getaran dari letupan kawah gunung Semeru. Puncak Mahameru secara geografis tercatat  sekitar 3696 mdpl (27-Mei-2012).

 Letupan Kawah Mahameru



 Gunung Semeru bukan untuk di Taklukan,
karena tidak sedikit pendaki yang gugur di Gunung Semeru ini.
Bahkan kamipun hanya 4 orang yang sampai Puncak,
dan kami terpaksa meniggalkan 1 rekan kami.
Selamat Mendaki.
DAMAI KAMI.




Sugiyanto, Mahardika, Amran, Doni.


Rabu, 24 Oktober 2012

Paham Posibilis

Diposkan Oleh :  Sugiyanto Utomo
25-Oktober-2012, 03:30

Paham Posibilis


Jika alam dapat mempengaruhi manusia,

" APAKAH ALAM DAPAT, MEMPENGARUHI " MANUSIA??? 

       POSIBILIS merupakan paham, dimana manusia dapat mempengaruhi alam.kemajuan tekhnologi mendorong manusia lebih kreatif dan inovatif. Dahulu manusia bergantung pada alam dan secara tidak langsung di pengaruhi oleh alam, dimana di rumuskan dalam PAHAM DETERMINIS.
    
    Paham determinis yakni dimana alam dapat mempengaruhi manusia. Zaman dahulu alam mempengaruhi manusia pada banyak aspek, baik kebudayaan, gaya hidup, cara bertahan hidup serta cara memanfaatkan alam.

      Namun pada dewasa ini sudah sebaliknya, yakni manusia mempengaruhi alam. Hal ini di jelaskan dalampa PAHAM POSIBILIS. Manusia mempengaruhi alam terjadi karena ilmu pengetahuan yang melahirkan pesatnya teknologi berkembang. pengaruh manusia pada alam contohnya saja pada Jalur Lingkar Nagreg, Jawa Barat.
 
 Jalur Lingkar Nagreg

      Jalur lingkar nagreg di bangun karena melihat tingginya aktifitas manusia pada dewasa ini, mobilitas penduduk Pulau Jawa-lah yang mendorong pembangunan jalur ini. Jalur lingkar nagreg di buat dengan menerapkan topografi daerah tersebut yang semula memiliki morfologi yaitu perbukitan. Dengan penghitungan dan melihat kondisi topografi daerah tersebut, jalur nagreg di buat dengan mengikuti kontur perbukitan di sekitarnya yakni berada pada lemban yang jalannya di bengun mengikuti punggungan bukit di sekitarnya.

 Pohon Sebagai  pencegah EROSI dan LONGSOR

      Dalam oembangunannya, karena lingkar nagreg dibangun diatas morfologi perbukitan maka dilakukan penanaman dengan tujuan sebagai penahan erosi dan juga pencegah longsor yang agar jalur tersebut tudak membahayakan pengguna jalur Lingkar Nagreg yang khususnya ramai saat datang hari libur.


Tebing Beton Penahan Longsor

      Selain dilakukan penghijauan dengan penanaman pohon. Jalur lingkar nagreg di bangun pula tebing beton pencegah longsor. Hal ini di lakukan karena pembangunan lingkar nagrek bukan hanya menggunakan teknik PENGERUKAN dan PENIMBUNAN saja pada proses pembuatannya, melainkan dengan memotong bukit juga seperti tampak pada foto di atas.

          Pemotongan bukit ini akan sangat mempengaruhi kondisi batuan, struktur tanah dan juga kesuburan tanah sekitarnya, ini di sebabkan karena pemotongan bukit akan mempengaruhi  aliran air bawah tanah (Base Flow) daerah tersebut. Pembangunan tebing beton di jalur lingkar nagreg tidak hanya semata-mata bangunan beton rapat pada bangunan umumnya. Melainkan dibuat pula rongga-rongga lubang sebagai jalur keluarnya air tanah yang terdapat dari bukit di atasnya. Karena tanpa pembuatan ronggo-rongga sebagai keluarnya air, massa air yang banyak akan memiliki tekanan yang besar yang akan menyebabkan potensi Lonsor yang besar.

Video Paham Posibilis