Selasa, 06 November 2012

Program Pengenalan Lingkungan Geografi (PPLG)

PPLG
Program Pengenalan Lingkungan Geografi
2012


Program Pengenalan Lingkungan Geografi atau lebih di kenal dengan PPLG, adalah suatu progaram yang di selenggarakan oleh BEM Himpunan Mahasisa Jurusan Pendidikan Geografi UPI. PPLG ini merupakan serangkaian program pengakderan dari BEM Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi UPI. Namun PPLG ini pada intinya merupakan program pengelan lingkungan dan dunia ke-GEOGRAFIAN kepada setiap mahasiswa baru di Jurusan Pendidikan Geografi.

Pada PPLG ini sangat sarat dengan  keilmuan dan pendidikan mental lapangan. Mahasiswa baru akan di kenalkan dengan objek kajian geografi, ilmu kegeografian, dan juga praktek lapangan dari kajian geografi. Ilmu yang di dapatkan berupa Ilmu IMPK (Interpretasi Medan Peta Kompas), Penggunaan alat-alat praktek Geografi berupa Anemometer, Barometer, kompas, Peta RBI, Sunsine Rocorder, alat pengekur PH tanah, dan lain-lain.

PPLG selain mengenalkan mahasiswa baru pada bidang keilmuan Geografi, dalam PPLG ini dekenalkan pula mahasiswa baru kepada bidang keorganisasian. Dalam hal keorganisasian mahasiswa baru di berikan ilmu Leadership, Publik Speaking, dan juga pengetahuan mengenai Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi (HMJP Geografi).

Di samping hal tersebut, Mahasiswa Baru akan di kenalkan pula dengan para kaka angkatannya. baik dari kaka angkatan yang dekat (masih kuliah), dan juga kepada kaka angkatan yang telah lulus dari kuliah. Ini di maksudkan untuk mengikat kekeluargaan yang erat diantara sesama mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi dan juga para alumni.

Berikut ini merupakan dokumentasi dari PPLG tahun 2012.


Olahraga Bersama sebagai persiapan untuk PPLG





Upacara Pembukaan



Perjalanan Menuju Lokasi PPLG


Pemberian Materi




Praktek IMPK




Perjalanan dan Pendirian Tenda







Evaluasi Panitia Dengan Dosen Pembimbing



Shalat dan Expose Praktek IMPK





Dokumentasi di atas hanya sebagian kecil dari keseruan dan kemeriahan PPLG 2012. Dan berikut ini merupakan teman-teman yang setia merekam setiap moment dan kejadian lucu dalam acara PPLG 2012 :

Senin, 05 November 2012

Jalur Pendakian Gunung Merbabu 3145 mdpl


Gunung Merbabu

Info jalur saya mengambil dari Wikipedia, karena saya belum mencicipi semua jalur yang ada.
Dan gambar dari salah satu catatan di blog sebelah pula.
(hehehe...)
Semoga dapat Bermanfaat.

Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato  yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Propinsi Provinsi Jawa Tengah.

Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.

Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut. 

Gunung Merbabu cukup populer sebagai ajang kegiatan pendakian. Medannya tidak terlalu berat namun potensi bahaya yang harus diperhatikan pendaki adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat namun homogen. Berikut adalah jalur pendakian Gunung Merbabu.
http://indiraatmayana.blogspot.com/2012/05/informasi-pendakian-gunung-merbabu.html
  
Kopeng Thekelan
Dari Bandung bisa naik kereta api atau bus ke Semarang, Yogya, atau Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota Salatiga, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari Yogya naik bus ke Magelang, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari kopeng terdapat banyak jalur menuju ke Puncak, namun lebih baik melewati desa tekelan karena terdapat Pos yang dapat memberikan informasi maupun berbagai bantuan yang diperlukan. Pos Tekelan dapat ditempuh melalui bumi perkemahan Umbul SongoDi bumi perkemahan Umbul Songo Anda dapat beristirahat menunggu malam tiba, karena pendakian akan lebih baik dilakukan malam hari tiba dipuncak menjelang matahari terbit. Andapun dapat beristirahat di Pos Thekelan yang menyediakan tempat untuk tidur, terutama bila tidak membawa tenda.

Dapat juga berkemah di Pos Pending karena di tiga tempat ini kita bisa memperoleh air bersih.Masyarakat di sekitar Merbabu mayoritas beragama Budha sehingga akan kita temui beberapa Vihara di sekitar Kopeng. Penduduk sering melakukan meditasi atau bertapa dan banyak tempat-tempat menuju puncak yang dikeramatkan. Pantangan bagi pendaki untuk tidak buang air di Watu Gubug dan sekitar Kawah. Juga pendaki tidak diperkenankan mengenakan pakaian warna merah dan hijau.

Pada tahun baru jawa 1 suro penduduk melakukan upacara tradisional di kawah Gn. Merbabu. Pada bulan Sapar penduduk Selo (lereng Selatan Merbabu) mengadakan upacara tradisional. Anak-anak wanita di desa tekelan dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri dan agar memperoleh keselamatan. Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada di tengah perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah gunung Telomoyo dan Rawa Pening.

Di Pos Pending kita dapat menemukan mata air, juga kita akan menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I kita akan melewati Pereng Putih kita harus berhati-hati karena sangat terjal. Kemudian kita melewati sungai kering, dari sini pemandangan sangat indah ke bawah melihat kota Salatiga terutama di malam hari.

Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Kita mendaki gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi berada di tempat terbuka. Kita dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Konon merupakan pintu gerbang menuju kerajaan makhluk ghaib.

Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat berbahaya. Mendekati pos empat kita mendaki Gn. Watu tulis jalur agak curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada angin kencang. Pos IV yang berada di puncak Gn. Watu Tulis dengan ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya terdapat sebuah Pemancar Radio.

Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang indah. Kita dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan di sini terdapat mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.

Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.

Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.

Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap mendorong kita setiap saat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang dengan jumlah 9 menurut penglihatan paranormal.

Menuruni gunung Merbabu lewat jalur menuju Selo menjadi pilihan yang menarik. Kita akan melewati padang rumput dan hutan edelweis, juga bukit-bukit berbunga yang sangat indah dan menyenangkan seperti di film India yang sangat menghibur kita sehingga lupa akan segala kelelahan, kedinginan dan rasa lapar. Disepanjang jalan kita dapat menyaksikan Gn.Merapi yang kelihatan sangat dekat dengan puncak yang selalu mengeluarkan Asap.

Kita akan menuruni dan mendaki beberapa gunung kecil yang dilapisi rumput hijau tanpa pepohonan untuk berlindung dari hempasan angin. Disepanjang jalur tidak terdapat mata air dan pos peristirahatan. Kabut dan badai sering muncul dengan tiba-tiba, sehingga sangat berbahaya untuk mendirikan tenda.

Jalur menuju Selo ini sangat banyak dan tidak ada rambu penunjuk jalan, sehingga sangat membingungkan pendaki. Banyak jalur yang sering dilalui penduduk untuk mencari rumput dipuncak gunung, sehingga pendaki akan sampai diperkampungan penduduk. Sambutan yang sangat ramah dan meriah diberikan oleh penduduk Selo bagi setiap pendaki yang baru saja turun Gn.Merbabu. Apabila Anda tidak bisa berbahasa jawa ucapkan saja terima kasih.

Dari Selo dapat dilanjutkan dengan bus kecil jurusan Boyolali-Magelang, bila ingin ke yogya ambil jurusan Magelang, dan bila hendak ke Semarang atau Solo ambil jurusan Boyolali. 

Jalur Wekas
 
Gerbang Desa 
Sumber : httppics.rizahnst.orgvmerbabu-juli-200900043.jpg.html 

Untuk menuju ke Desa Wekas kita harus naik mobil Jurusan Kopeng - Magelang turun di Kaponan, yakni sekitar 9 Km dari Kopeng, tepatnya di depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan pendaki berjalan kaki melewati jalanan berbatu sejauh sekitar 3 Km menuju pos Pendakian.
 
Pos Penakian 
Oleh : Sugiyanto Utomo 

Jalur ini sangat populer dikalangan para Remaja dan Pecinta Alam kota Magelang, karena lebih dekat dan banyak terdapat sumber air, sehingga banyak remaja yang suka berkemah di Pos II terutama di hari libur. Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu kira-kira 6-7 jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2 jam.

Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2 jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.

Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur Pos II ini banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah. Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan. Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar yang ditampung pada sebuah bak.

Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang yang mengarah ke aliran sungai di bawah kawah. Terdapat dua buah aliran sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gn. Merbabu.

Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15 menit. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang. 

Jalur Kopeng Cunthel 
Untuk menuju ke desa Cuntel dapat ditempuh dari kota Salatiga menggunakan mini bus jurusan Salatiga Magelang turun di areal wisata Kopeng, tepatnya di Bumi perkemahan Umbul Songo. Perjalanan dimulai dengan berjalan kaki menyusuri Jalan setapak berbatu yang agak lebar sejauh 2,5 km, di sebelah kiri adalah Bumi Perkemahan Umbul Songo. Setelah melewati Umbul Songo berbelok ke arah kiri, di sebelah kiri adalah hutan pinus setelah berjalan kira-kira 500 meter di sebelah kiri ada jalan setapak ke arah hutan pinus, jalur ini menuju ke desa Thekelan.

Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di tengah perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air. Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa stiker maupun kaos.

Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai menanjak mendaki perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapak berupa tanah kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata dan pernapasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker pelindung dan kacamata.

Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit yang berliku-liku pendaki akan sampai di pos Bayangan I. Di tempat ini pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari maupun air hujan. Dengan melintasi jalur yang masih serupa yakni menyusuri jalan berdebu yang diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar 30 menit akan sampai di Pos Bayangan II. Di pos ini juga terdapat banguanan beratap untuk beristirahat.

Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan jalur banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon pinus masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan.

Pos Pemancar atau sering juga di sebut gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya terdapat stasiun pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga dapat digunakan untuk berlindung dari angin kencang. Namun angin kencang kadang datang dari bawah membawa debu-debu yang beterbangan. Pendakian di siang hari akan terasa sangat panas. Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat indah, tampak di kejauhan Gn.Sumbing dan Gn.Sundoro, tampak Gn.Ungaran di belakang Gn. Telomoyo.

Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad, suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa. Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.

Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.

Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang. 


Sumber :
Data      :  http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merbabu
Gambar :  http://indiraatmayana.blogspot.com/2012/05/informasi-pendakian-gunung-merbabu.html
Foto     : Gerbang Desa, httppics.rizahnst.orgvmerbabu-juli-200900043.jpg.html
               Pos Pendakian, Saya sendiri :).. hehe

Catatan Pendakian Gunung Merbabu

Pendakian Gunung Merbabu 3142 mdpl

 
Pendakian Gunung Merbabu, 27 Agustus 2012.

          Pendakian ini merupakan pendakian pertama saya bersama 2 orang teman saya yang pertama kali ke Gunung Merbabu. Pendakian Gunung Merbabu ini  kami melalui jalur Wekas yang terletak di jalan utama menuju Kota Salatiga.

Jalur Wekas
Foto : httppics.rizahnst.orgvmerbabu-juli-200900043.jpg.html
           Untuk menggunakan jalur wekas setelah turun dari kendaraan Umum kita masuh perlu berjalan melalui 2 desa untuk sampai di Pos Pendakian, yaitu di desa Kedakan. Kondisi jalan dari turun kendaraan cukup menanjak dan juga cukup menguras Tenaga.

Pos Pendakin Jalur Wekas

         Sertelah sampai di POS Pendakian kita dapat beristirahat, makan, maupun menitipkan Kendaraan Bermotor dan juga barang yang tidak akan di gunakan saaat pendakian. Pos Pendakian ini  biasa di gunakan sebagai tempat beristirahat para pendaki, dan untuk souvenir juga terdapat di Pos pendakian ini, dengan harga yang cukup terjangkau.
               Untuk pendakian tidak ada batasan waktu untuk setiap pendakian. Untuk biaya 1 orang di kenai biaya Rp. 7.000-, biaya ini sudah termasuk biaya masuk dan juga asuransi. Untuk Souvenir kami membeli baju T-Shirt dengan harga Rp. 50.000,-
                 Pendakian kami kami lakukan pukul 10 malam. Jalur pendakian pada dasarnya sangat jelas terlihat namun bila malam hari jalur pendakian cukup Samar-samar bagi yang pertama kali mendaki ke Gunung Merbabu ini seperti kami. kami saja cukup kebingungan untuk menemui jalut yang benar, karena jalur cukup bercabang dan ada beberapa jalan buntu.
                Sumber air untuk para pendaki hanya terdapat di Pos 2. Pos 2 berupa dataran lapang yang cukup luas, sumber air terdapat  tepat pada jalur pendakian di pos 2. 

Gambar : http://indiraatmayana.blogspot.com/2012/05/informasi-pendakian-gunung-merbabu.html

                Jalur pandakian jalur ini relatif rata, alias rata-rata MENANJAK!! (Hehehe..). di Pos 2 para pendaki biasanya medirikan tenda untuk menyimpan barang yang tidak akan di bawa ke puncak. Namun perlu diperhatikan di pos 2 banyak monyet ekor panjang berkeliaran, sehingga tenda harus terkunci dngan benar dan juga patok tenda harus kuat, karena anginnya sangat dasyat. Pengalaman saya, patok tenda saya yang telah di patok dengan benar namun karena mendirikan tenda di lapang tebuka, atap teenda saya terbuka saat kembali ke tenda. 

Jalur Pendakian dari Pos 2
                Dari Pos 2 perjalanan hanya sekitar 4-5 jam perjalanan. Namun daripos 2 kita ambil ke arah kiri,kearah hutan, bukan ke kanan ke arah yang terbuka. Setelah melewati pos 2 pemandangan sangatlah indah, kita di sambut dengan Edelweis dan juga pemandangan indah saat berjalan antara 2 lembahan.

Pemandangan dari Pos 2
Jalur penuju Puncak dari pertigaan Wekas, Thekelan
              Saran dari saya bila akan melakukan pendakian ke Puncak Kenteng Songo (Puncak gunung Merbabu), lakukan pada pagi atau pun dini hari, karena pemandangan akan jauh lebih Indah. Pendakian pada siang dan sore hari bila tidak berniat bermalam dipuncak akan sangat di sayangkan. Saya melakukan pendakian pada siang hari, sampai di puncak sore hari dan kami tidak dapat melihat pemandangan sekitar karena kabut sudah turun dan juga angin yagn cukup kencang.
                Pada sore hari jalur puncak hingga pertigaan jalur Wekas dan Thekelan bila turun kabut jarak pandang hanya sekitar 5 m saja, itu yang saya rasakan saat turun dari pincak pada pukul 15.00.

Selamat Mendaki


Puncak Kenteng Songo

Tim Pendaki

Rabu, 31 Oktober 2012

Ini Kisah Kami.

Perjalanan menuju dataran tertinggi di Pulau Jawa

Gunung Semeru, Puncak Mahameru

26-28 Mei 2012

 

          Pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur (26-28 Mei 2012). Pendakian ini kami rencakan kurang lebih 2 minggu sebelum pendakian. Pendakian ini kami lakukan setelah kami melakukan penelitian mengenai kearifan lokal Suku Tengger di Pegunungan Bromo. Penelitian ini di adakan oleh Jurusan Geografi UPI angkatan 2010, ya itu adalah almamater kami.
        Pendakian kali ini kami berjumlah 5 orang, 5 orang anak muda dan juga mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi UPI, yaitu Sugiyanto Utomo (Saya sendiri), Doni Arie Wibowo, Amran Indra Kusuma, Mahardika Agung, dan Ova Rahmadani. Dalam pendakian ini Saya sendiri yang menjadi ketua pendakian.
     Tim pendaki kami hampir seluruhnya merupakan anggota pecinta alam, Saya merupakan anggota Pecinta Alam dan Pendaki Gunung TAPASAMIDA (SMA PGII Bandung), lalu, Mahardika, Doni, dan Amran adalah anggota JANTERA (Pecinta Alam Jurusan Pendidikan Geografi UPI). Hanya Ova saja yang bukan merupakan anggota pecinta alam.
           

Awal Perjalanan

(Sumber Gambar Denah Google)
            Perjalanan kami menuju Gunung semeru ini mengambil jalan dari arah Malang, kami dari malang kami menggunakan elf menuju terminal Arjasari, dari terminal arjasari kami menggunakan Angkutan Kota (Angkot) ke arah Tumpang dengan Biaya Rp. 10.000 / orang. Angkotnya agak mahal karena kami mencarternya, bila harga normal hanya sekitar Rp 5.000/Orang. Dari Tumpang kita dapat melanjutkan. 
      Perjalanan menuju Desa Ranupani yang merupakan Pos Pendakian dengan menggunakan Mobil Jeep dengan biaya Rp. 35.000 atau pun dengan menumpang Truk dengan biaya Rp. 30.000. Karena kondisi badan lelah dan perjalanan yang jauh menuju Desa Ranupani membutuhkan waktu sekitar 2 jam, kami memutuskan untuk menggunakan Truk karena dengan menumpang truk kita bisa tidur di atas barang atau muatan truk. Lain halnya dengan menggunakan Jeep selama 2 jam kita terpaksa berdiri karena badan jeep yang kecil di tambah barang bawaan kita.
             Sesampainya di Desa Ranupani kami melakukan registrasi, persyaraan yang harus di bawa yaitu, Surat Sehat, dan juga Tanda pengenal. untuk biaya tidak terlalu mahal, akan tetapi ada biaya tambahan bila kita membawa kamera, 1 kamera di kenai cas sebesar Rp. 5.000. Desa ini di namai Ranupani karena di desa ini terdapat sebuah danau, Ranu sendiri berarti Danau. Desa Ranupani ini sendiri secara geografis berada di ketinggian sekitar 2200 mdpl.

           Dari desa Ranupani menuju danau Ranu Kumbolo kami tempuh dengan waktu 5 jam perjalanan. Selama 5 jam perjalanan,kita akan mendapatkan medan yang relatif datar, karena perjalanan dari Ranupani menuju Ranu Kumbolo kita hanya mengikuti punggungan bukit. Perjalanan menuju Ranu Kumbolo kita Akan mendapatkan 4 Pos. Menuju pos Pos 1 jalan berupa Papimblok dengan lebar sekitar 1 m. Letak pos 1 terletak setelah tanjakan. lalu meuju pos 2 jalan sudah bercampur antara papimblok dan juga jalan tanah, dari pos 1 menuju pos 2 kita tempuh sekitar 15 menit karena jalan yang datar dan juga relatif dekat. Dari Pos 2 menuju Pos 3 jalur pendakian mulai berfariatif, kita akan mendapatkan banyak pemandangan, mulai dari lembahan yang indah, tebing batu, dan juga jika anda beruntung anda dapat menemui beberapa hewan khas hutan hujan tropis, antara lain yang kami temukan ialah sejenis Monyet dan juga Tupai, selain itu banyak juga burung-burung. 
       Setelah melalui Pos 3 kita di hadapkan dengan tanjakan yang cukup menguras tenaga, tapi jangan patah semangat karena setalah melalui tanjakan tersebut dan jalan beberapa saat kita akan di sandingkan dengan indahnya Danau Ranu Kumbolo.  
 

 
        Dari sini rasa lelah kita akan sirna, karena perjalanan meuju pos 4 hingga camp, kita akan terus di temani indahnya Danau Ranu Kumbolo. dari foto di atas kita dapat melihat basecamp Ranu Kumbolo yang terletak di ujung dari foto danau di atas.












         Pemandangan dari Pos 4 dan Perjalanan hingga Basecamp.





      Basecamp pertama kami yaitu di tepi danau Ranu Kumbolo, kami menempuh perjalanan dengan waktu 5 jam perjalanan. Danau Ranu Kumbolo secara geografis terletak pada ketinggian sekitar 2400 mdpl, sehingga selama perjalanan 5 jam yang kita tempuh kita hanya naik sekitar 200 meter.

            Pemandangan pada pagi hari sekitar pukul 7 pagi.

Kenang-kenangan dari Ranu Kumbolo

          Dari Ranu Kumbolo perjalanan di lanjutkan menuju camp Kalimati, perjalanan menuju kalimati menghabiskan waktu 3 jam perjalanan. Menuju kalimati kita akan melewati Tanjakan Cinta yang terlihat tidak terlalu tajam namun cukup menguras tenaga, lalu setelah tuntas menanjaki tanjakan  cinta kita akan di suguhi dengan indahnya padang Oro-oro Ombo




          kalimati secara geografis berada di ketinggian sekitar 2600 mdpl, dengan demikian perjalan kami untuk sampai Puncak Mahameru masih  harus menempuh 1000 m atau 1 km secara Vertikal. Di Kalimati kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan menyimpan semua barang di Kalimati, pertimbangannya ialah karena di kalimati merupakan tempat terakhir untuk mendapatkan air. Untuk mendapatkan air kita harus berjalan kurang lebih sekitar 1 km ke arah selatan. dan jalur jalur pendakian ke arah Barat laut.
               Pada dasarnya pendakian menuju puncak mahameru tidaklah di ijinkan, tapi apalah artinya bila kita tidak menuntaskan pendakian hingga akhir. Hanya saja perlu di ingat untuk kita berjalan ke puncak, kita harus berangkat pukul 1 malam paling lambat kalu kita ingin menikmati sumrise di Puncak Mahameru. Dan juga kita tidak boleh berada di Puncak Mahameru lebih dari jam 10, alangkah baiknya kita turun dari puncak pada puku 9 pagi. Karena pada pukul 10 angin telah mengarah ke arah puncak Mahameru yang dimana angin tersebut membawa zat beracun yang tidak berbau, sehingga sangat berbahaya.
          Perjalanan kami menuju puncak Mahameru kurang lebih sekitar 7 jam, ini karena selain  pendakian pertama kami ke  di Gunung Semeru, kondisi jalannya pun merupakan pasir. Dimana setiap naik 5 langkah hanya akan menjadi 2-3 langkah saja.

Kondisi jalan

Sunraise

          Bila kita datang lebih pagi yaitu sekitarpukul 3 atau 4 kita dapat melihat percikan lava dari kawah gunung Mahameru, tapi bila senasib dengan kami kalian masih akan melihat dan merasakan getaran dari letupan kawah gunung Semeru. Puncak Mahameru secara geografis tercatat  sekitar 3696 mdpl (27-Mei-2012).

 Letupan Kawah Mahameru



 Gunung Semeru bukan untuk di Taklukan,
karena tidak sedikit pendaki yang gugur di Gunung Semeru ini.
Bahkan kamipun hanya 4 orang yang sampai Puncak,
dan kami terpaksa meniggalkan 1 rekan kami.
Selamat Mendaki.
DAMAI KAMI.




Sugiyanto, Mahardika, Amran, Doni.